Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Seru Bersepeda Eksplore Living Kotagede


eksplore living kotagede dengan bersepeda

Jam menunjukkan pukul 07.33, saya bergegas memacu sepeda motor menuju ke daerah Kotagede.  Sesuai pesan yang disampaikan di wag kami sudah harus tiba di lokasi lima belas menit sebelum acara dimulai. Dari rumah hingga ke Museum Intro Living Kotagede berjarak kira-kira 5 km dan hanya memerlukan waktu 10 menit saja.

Memasuki halaman museum sepeda-sepeda sudah berjajar. Ah rupanya saya tiba tepat waktu. kawan saya sudah sampai lebih dulu. Katanya sih kuota untuk ngepit hanya delapan orang. Tampaknya hanya kami berdua yang sudah sampai di lokasi.

Ngepit Ngeksplore Living Kotagede

“Registrasinya di mana? udah registrasi mbak?” tanya saya sesampainya di museum dan mendapati kawan saya. 

“Belum, aku datang sepeda-sepeda ini baru dikeluarkan, ini barusan selesai dicek dan dipompa,” terang kawan saya.

Tak berapa lama kemudian kami dipanggil untuk mengisi daftar hadir dan buku tamu di security check. Bersamaan dengan itu peserta lain mulai berdatangan satu per satu.

Ngepit Kotagede adalah sebuah program yang digagas oleh Museum Intro Living Kotagede. Konsep bersepeda mengunjungi beberapa situs bersejarah yang ada di kawasan Kotagede. Satu kloter rombongan hanya dibatasi 8 orang saja. 

Info tentang kegiatan ini dan link pendaftaran disampaikan melalui akun Instagram @museumkotagede. Silakan mengikuti akun ini untuk mendapatkan informasi terbaru kegiatan yang diadakan oleh Museum Intro Living Kotagede.

Rute Bersepeda Napak Tilas Mataram Islam

Rencanya kami akan mulai bersepeda pada pukul 08.00 tapi karena ada dua orang yang belum sampai toleransi waktu diberikan selama 15 menit. Setelah semua peserta lengkap, briefing-pun dimulai. 

Peserta mendapatkan penjelasan rute dan lokasi pemberhentian. Karena ngepit kali ini mengambil tema sejarah Mataram Islam, maka kami akan menyusuri beberapa situs peninggalan Mataram Islam yang ada di Kotagede yaitu Kompleks Masjid dan Makam Kotagede, Benteng Cepuri, Situs Watu Gilang dan Benteng Bokong Semar. 

Lama trip hanya sekitar 1-1,5 jam saja. Rutenya pendek dan jarak lokasi situs yang satu dengan yang lain juga tidak terlalu jauh.  

Kompleks Masjid dan Makam Kotagede

Jarak dari museum hingga ke kompleks masjid hanya sekitar 5 menit. Meskipun dekat tapi jalan di kawasan Kotagede ini sempit dan agak padat. Harus benar-benar extra hati-hati. kadang kami harus bersepeda di gang kampung yang lebih sempit, seperti saat hendak masuk ke kawasan masjid.

Sebelum pertigaan pasar Kotagede kami harus berbelok ke arah gang. Tidak perlu bingung memarkirkan sepeda atau sepeda motor di halaman masjid disediakan tempat parkir untuk pengunjung lengkap dengan peneduh. Nggak khawatir kendaraan kita kehujanan dan kepanasan.

Saat kami tiba di serambi masjid sedang ada kegiatan, mungkin pengajian atau kajian agama. Kami pun melipir ke arah depan, arah pintu masuk agar tidak menganggu.  

Mbak pemandu menjelaskan secara singkat tentang situs ini. Masjid Kotagede dibangun pada tahun  1859. Berada satu kompleks dengan masjid dibagian samping terdapat dua sendang (tempat pemandian) yang disebut sendang kakung (tempat pemandian putra) dan sendang putri (tempat pemandian putri).

Sementara itu bagian makam raja berada di belakang masjid. Raja yang dimakamkan di sini adalah Panembahan Senopati dan Sultan HB 2. 

Situs Benteng Cepuri

Tidak jauh dari masjid kami menemukan secuil benteng Cepuri yang tersisa dalam kondisi hancur berbentuk bolong di sisi utara. Ada berbagai macam cerita dibalik jebolnya benteng ini. Bolongnya tembok ini konon karena dijebol oleh Raden Ronggo, beliau adalah putra raja Panembahan Senopati. 

Cerita lain mengisahkan kenakalan Raden Ronggo yang meresahkan masyarakat. Kesaktiannya membuat rakyat tidak berdaya. Suatu hari Raden Ronggo dipanggil ke istana untuk memijat kaki ayahnya. Dikarenakan Panembahan Senopati seorang yang sakti dia menjadikan kakinya sekeras batu.

Raden Ronggo yang juga sakti berhasil memijat jempol sang ayah. Panembahan Senopati terkejut dan menendang anaknya terlempar hingga menjebol benteng Cepuri yang ada di sisi utara. Begitulah lubang jebolan benteng cepuri yang sisanya masih bisa dilihat sampai sekarang.

Sebenarnya keberadaan benteng cepuri ini mengelilingi istana. Bagian benteng cepuri lain yang masih tersisa berada di sisi selatan timur yang dikenal oleh masyarakat sebagi bokong Semar. Yang nanti akan menjadi pemberhentian terakhir untuk rute pit-pitan kami hari ini. 

Situs Watu Gilang dang Watu Gatheng

Selanjutnya kami menuju ke situs watu gilang dan watu gatheng. Di sini kami diajak masuk ke sebuah rumah mungil yang berada persis di tengah-tengah jalan. rumah ini dikelilingi oleh pohon beringin di segala sisinya. 

Kami ditemani oleh bapak juru kunci yang nanti menjelaskan tentang situs ini. ada dua ruangan yang dipisahkan oleh sebuah pintu. begitu masuk kami bisa melihat satu batu besar berbentuk kotak di tengah-tengah ruangan. Inilah yang disebut watu gilang. Watu Gilang diyakini sebagai singasana atau tempat duduk Panembahan Senopati, raja yang bertahta saat itu. 

Sebelum masuk, persis di pintu menuju ke Watu Gilang terdapat dua batu berbentuk bola di kiri dan batu yang berbentuk seperti genthong. Batu yang berbentuk bola disebut Watu Gatheng. Tidak lain adalah mainan Raden Ronggo. Sedangkan dari dalam gethong yang terbuat dari batu ini muncul air yang digunakan sebagai air wudhu sang raja. 

Batu Cepuri Bokong Semar

Kami lanjut mengayuh sepeda kami menuju ke bagian terkakhir yaitu Benteng Cepuri Bokong Semar. Sayangnya kami hanya melihat dari jauh. Benteng ini berada di tengah-tengah pemukiman penduduk. Rombongan sepeda akan kesulitan karena akses jalan yang masih tanah dan harus masuk ke pekarangan warga. 

Di sinilah rute sepedaaan kami berakhir. Selanjutnya kami kembali ke museum Intro Living Kotagede melewati pasar Kotagede. Sebenarnya ada tawaran bagi yang ingin masuk ke pasar atau jajan tetapi karena tidak satu pun dari kami yang akan ke pasar akhirnya kami langsung menuju ke museum.

Penutup.

Hanya sekitar satu setengah jam kami bersepeda. Cara lain menikmati sisi Kotagede. Kalau biasanya tujuan terpusat di makam, melalui trip sepeda ini ternyata ada tempat bersejarah di Kotagede yang harus dikunjungi. 

Sekedar saran, ada baiknya sebelum berkeliling ke kawasan Kotagede berkunjung terlebih dahulu ke museum Intro Living Kotagede yang ada di jalan Tegalgendu no 20, persis di depan kantor PMI. Dengan begitu kita tidak akan melewatkan bagian penting sejarah kawasan Kotagede di masa lampau. 


klaverstory
klaverstory Hi, I am Dian

Posting Komentar untuk "Seru Bersepeda Eksplore Living Kotagede"