Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menginap di The Inncrowd, Hotel Murah di Singapura

bagian depan inncrowd, hotel murah di singapura

Menemukan Inncrowd Hostel ternyata tidak lah semudah membaca peta. Berulang kali saya membolak balikan lembaran peta kertas yang saya ambil di Changi, tumpukan peta Singapura dan brosur-brosur lain di rak sebelum menuju ke loket imigrasi. 

Awalnya saya pikir mudah, tetapi karena kita tidak tahu patokan arah mata angin membuat langkah kaki kami jadi semakin menjauh dari arah hotel. Akibatnya harus  memutar balik. Tangan saya mulai terasa pegal karena sedari tadi menenteng tas. 

Saya nggak punya koper, lagian ini hanya perjalanan 3 hari, tidak banyak yang dibawa. Tas jinjing merah ini cukup untuk membawa beberapa potong baju. Bebannya tidak terlalu berat, tapi lamanya waktu membuat jari-jari tangan mulai memerah dan pundak mulai terasa kencang. 

Akhirnya saya meletakkan tas merah itu di trotoar, lalu tangan kanan saya meraih peta itu dengan tangan kiri.  Saya melakukan sedikit peregangan agar aliran darah kembali lancar. Hop! Saya raih kembali pegangan tas merah ini dan melanjutkan perjalanan.

Kedua kawan saya yang berjalan di depan tiba-tiba menghentikan langkah mereka tepat di sebuah resto fast food. “Makan dulu yuk,” ajak mereka. Sepuluh menit kemudian kami sudah duduk dan menyantap burger dan kentang goreng, buat nganjel perut ini.

Akhirnya kami punya tenaga untuk melanjutkan pencarian, kami pun berjalan kaki menuju ke Jalan Dunlop sesuai petunjuk. Tas merah yang tadinya saya jinjing sudah disulap menjadi ransel dengan mencangklongkan tali pegangannya pada bahu kanan kiri, sehingga kedua tangan saya leluasa untuk memegang lembaran peta. 

Suasana  Inncrowd dan Sekitarnya

Jalan Dunlop terlihat sepi sekali siang itu, saya menduga ini bukan jalan utama. Sedari tadi kami lewat kendaraan belum melitas satu pun. Hanya saja sisi jalan ini ada deretan mobil yang berbaris parkir dengan rapi. Sepertinya Inncrowd Hostel tidak jauh lagi menurut  peta ini.

Sebuah hotel dalam benak saya ya ada parkiran dan lobby yang besar, makanya dari tadi saya clingukan mencari bangunan dengan konsep yang ada di pikiran saya. Nyatanya sedari tadi saya hanya berjumpa dengan ruko dan ruko lagi.

Dan benar saja, Inncrowd menempati sebuah ruko. Di sebelah kiri ada seven eleven (minimarket) sedangkan di sebelah kanannya café. Tulisan The Inncrowd terpampang jelas di atas pintu masuk yang terbuat dari kaca, kalau dari depan dapat dilihat pada papan nama dan kanopi terpal. Di depan hotel diletakkan beberapa meja dan kursi.

Saya menyapukan pandangan ke seluruh ruangan lobby, tidak terlalu luas tetapi kesan hangat langsung terasa. “Ada tempat lesehan yang nyaman di ujung, bisa ngobrol atau baca buku,” Saya teringat perkataan seorang kawan yang merekomendasikan hotel ini. saya langsung mengenali sudut itu, letaknya persis di belakan resepsionis. 

Memang terlihat nyaman, apalagi dengan alas kayu, sengaja dibuat agak tinggi menyerupai panggung. “Paspormu mana?” Tanpa bertanya lebih lanjut saya menyerahkan paspor, entahlah mungkin untuk keperluan check-in. saya duduk di sebuah meja kotak dengan kursi yang tinggi, di depan resepsionis, menunggu check-in selesai sambil beristirahat. 

Mata saya sudah mulai ngantuk dan ingin segera berbaring. Di samping kiri meja ini, rupanya pantry.  Begitu membuka pintu, kitchen sing, rak piring dan gelas langsung ada di sisi kiri. Kulkas dua pintu juga diletakkan di bagian ini. 

Ah saya menduga meja kursi tempat duduk saya sekarang ini adalah salah satu spot untuk sarapan pagi. Dan benarlah perkiraan saya itu. karena keesokan harinya saya menghabiskan setangkep roti tawar dengan selai dan segelas teh di meja ini.

Benar-benar nyaman, lalu lintas pun tidak ramai, saya berharap bisa beristirahat maksimal di hotel ini. eh tapi apa itu mungkin? Belum tentu juga kan? Tunggu nanti malam ya. saya segera mengekor dibelakang dua kawan saya yang menuju kamar kami.

Dormitory Room di Innrowd Hotsel

Begitu masuk kamar saya kaget setengah mati, melihat pria paruh baya berdiri di samping ranjang saya. “Ngapain nih orang ya,”pikir saya. tidak sampai hitungan detik saya langsung sadar, oiya kan dormitory ya, terang saja si bapak ada di sini. Ya iyalah dia pasti penghuni kamar ni. Si bapak menyapa kami, ternyata orang Indonesia yang lagi ada pekerjaan di SIngapura. Kami sempat ngobrol sebentar sebelum si bapak pamit untuk keluar. 

Ada 7 ranjang susun di ruangan ini, jatah kami 1 ranjang susun ( dua kasur atas bawah) dan satu kasur lagi yang harus share dengan orang lain. karena dua kawan saya sudah memilih satu ranjang susun, artinta saya yang harus berbagi dengan orang lain. dan orang itu adalah si bapak tadi. ranjang kami berhadapan berada di paling pinggir, dekat pintu yang menghubungkan kamar dengan balkon. 

Saya mengintip ke luar dari balkon, dan melihat jalanan yang lenggang. Di depan hotel sepertinya café juga. Rak loker sejumlah penghuni kamar, kita bisa menyimpan barang-barang berharga di sin ketika ditinggal keluar.  Saya menggunaka charger dan dompet make up di sini. 

Wah langsung pupus harapan saya untuk bisa tidur nyenyak. Beberapa ranjang masih kosong, hanya dua ranjang susun di sebelah ranjang kami yang terlihat ada tanda-tanda sudah ada penghuninya. Empat ranjang di dekat pintu masih masih rapi spreinya. Semoga saja kosong ya, harap saya.

Kenyataanya semua ranjang di kamar ini sudah full, dan mungkin karena saking lelahnya seharian perjalanan ini saya bisa tidur nyenyak. Biarpun suara musik yang berasal dari café depan terdengan berdentuman hingga tengah malam.

Aktivitas Pagi di Inncrowd Hostel

Tentu saja saya tidak akan menemukan nasi untuk sarapan saya pagi ini. hanya ada roti tawar dan telur rebus yang dijatah masing-masing orang mengambil dua butir. Selama tinggal di sini saya tidak pernah mengambil telur rebus sebagai sarapan, saya hanya mengambil roti tawar kemudian diolesi dengan selai seadanya, kadang saya ikut mencicipi kacang merah yang dimasak dengan saus {semacam) asam manis.

Kenyang? Tentu tidak, menu sarapan begitu hanya tanyan dua jam saja, selanjutnya saya harus segera mengisinya dengan makanan berat. Saat pagi ruangan ini paling sibuk, selain sarapan dan bersliweran ke kamar mandai, saya jadi bisa bertemu dengan penghuni lain. ternyata banyak juga lho yang menempati kamar-kamar di hotel ini.

Setelah menghabiskan sarapan dan ngeteh, saya menuju ke kamar mandi. Kebetulan sudah tidak terlalu antri. Saya tidak menghitung sih perbandingan satu kamar mandi untuk berapa oranag. Tapi saya rasa cukup memadaii jumlahnya dengan kapasitas kamar ketika full.

Keberadaan kamar mandi dan toilet dipisah. Cukup lumayan menyusahkan saya yang terbiasa melakukan urusan perut di pagi hari. Kali ini saya harus menuntaskan urusan perut dulu, sesudah itu baru pindah ke kamar mandi. Air panasnya berkerja dengan baik, tapi kalau mandi pagi saya lebih suka dengan air dingin.

Penutup 

Pengalaman menginap di Inncrowd Hotel memberi saya pelajaran berharga tentang memilih hotel saat traveling, terutam yang limited budget kayak saya. pastikan kenyamanan tidur dan keamanan barang, nggak papa deh untuk bayar sedikit lebih mahal daripada harus dapat harga yang murah tapi tidak nyaman.  Tentu saja menginap di kamar tipe dormitory ini cukup mengasyikan, bisa menambah kawan dan biaya lebih murah. 

Menggaris bawahi arti kenyamanan, dalam hal ini isitirahat yang baik saat raveling itu penting,. Tidur yang membuat  kondisi badan dan pikiran juga fresh. Meskipun timggal 2 malam di Inncrowdnya, tapi saya pribadi lebih suka dengan kamar tipe twin room, dengan privasi. 

Bulan November nanti tepat 10 tahun, saya menginap di Incrowd Hotel. Sayangnya waktu saya googling keberadaan hotel ini, tertulis tutup permanen. Sedih banget melihat hotel kebanggan para backpackers ini sudah tidak beroperasi. Padahal saya punya rencana untuk merayakan 10 tahun perjalanan ke Singapura dan menginap di Inncrowd Hotel lagi. Sayang sekali. 


klaverstory
klaverstory Hi, I am Dian

Posting Komentar untuk "Menginap di The Inncrowd, Hotel Murah di Singapura"