Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Becak Listrik Jogja: Inovasi Syahrul Awalludin Sidiq yang Menjaga Budaya dan Lingkungan

becak salah satu moda transportasi ramah lingkungan di Jogja

Di sepanjang jalan Malioboro, denting lonceng becak berpadu dengan hiruk-pikuk deru laju kendaraan dan lalu lalang wisatawan yang datang dari berbagai penjuru daerah. Becak bukan sekadar moda transportasi di Yogyakarta. Ia juga bagian dari denyut budaya serta saksi bisu kehidupan kota yang tak pernah kehilangan romantismenya. 

Namun di balik citra eksotis tersebut, kehidupan para pengayuh becak ternyata punya kisah yang tak selalu mudah. Persaingan dengan kendaraan bermotor, transportasi on line, usia para pengayuh becak yang rata-rata sudah sepuh dan beratnya beban fisik menjadi realita yang tidak bisa disembunyikan.

Seorang anak muda bernama Syahrul Awalludin Sidiq hadir membawa ide perubahan di tengah kegelisahan atas realitas tersebut. Melalui Astrobike, perusahaan yang didirikannya, ia memperkenalkan becak listrik.

Syahrul Awalludin Sidiq, CEO Astrobike pengagas Becak Listrik dengan konsep social movement (foto: kompasiana/Toni Syn)

Becak listrik bukan sekedar inovasi yang hanya tentang teknologi, melainkan juga gerakan sosial yang mengembalikan martabat dan kesejahteraan para pengayuh becak. Gagasan becak listrik dengan konsep social movement menempatkan pengemudi becak sebagai pusat perubahan.

Menjaga Tradisi, Menyapa Modernitas

Syahrul meyakini bahwa becak adalah simbol kota Yogyakarta. Sebuah identitas yang tak boleh hilang. Supaya becak tetap bertahan diperlukan adaptasi teknologi agar relevan dengan tuntutan jaman. Terciptanya becak listrik bukan untuk menghapus kayuhan tetapi meringankan. 

Becak listrik pun didesain  menyerupai becak tradisional. Bentuk klasik tetap dipertahankan. Kanopi lengkung, spekbor di atas roda sisi kanan dan kiri, jok penumpang berada di depan dengan warna khas yang cerah seperti merah keoranyean.  

Inovasi becak listrik terletak pada motor listrik berbasis pedal-assist yang berfungsi membantu pengemudi saat melewati tanjakan atau menempuh perjalanan jauh. Karena tidak menggunakan bahan bakar fosil dan bebas dari polusi suara, becak listrik menjadi transportasi umum yang ramah lingkungan. 

Lambang kemajuan teknologi yang tetap menghargai nilai-nilai budaya lokal. Menampilkan harmoni antara tradisi dan modernitas, teknologi yang tidak menggeser budaya, melainkan saling memperkuat. Teknologi ini tidak hanya meringankan beban fisik para pengayuh, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi mereka.

Dari Inovasi Menjadi Gerakan Sosial

Seperti yang sudah disinggung di bagian awal, becak listrik tidak hanya tentang inovasi atau proyek sesaat melainkan sebuah gerakan sosial (social movement). Usaha kolektif untuk meningkatkan kesejahteraan pengemudi becak. 

Melalui teknologi ini, kesejahteraan para pengemudi becak meningkat dengan mengurangi beban fisik, memperluas jangkauan rute, hingga meningkatkan pendapatan. Mereka bisa menempuh jarak lebih jauh, melayani lebih banyak penumpang, dan mengurangi kelelahan yang selama ini menjadi kendala utama.

Syahrul juga berkesempatan menggandeng kerja sama dengan pemerintah daerah, institusi pendidikan dan swasta. Tak kalah penting, para pengayuh becak sendiri dilibatkan dalam proses desain agar hasilnya benar-benar sesuai kebutuhan mereka

Becak Listrik, Simbol Wisata Hijau di Yogyakarta

Becak listrik melintas di kawasan Malioboro (foto dishub.jogjaprov.go.id)

Becak listrik menjadi bagian penting dari upaya menjadikan Malioboro sebagai Kawasan Low Emission Zone (zona rendah emisi), di mana kawasan ini merupakan bagian Sumbu Filosofi yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.

Bagi wisatawan, becak listrik menawarkan pengalaman sensasi berkeliling kota dengan kendaraan khas yang kini lebih nyaman dan ramah lingkungan. Kehadirannya menjadi “magnet wisata hijau” yang memperkuat citra Malioboro sebagai pusat wisata berkelas internasional.

Pengakuan dan Harapan terhadap Becak Listrik

Testimoni pengemudi becak yang sudah mengganti becak kayuhnya dengan becak listrik  seakan menggambarkan pengakuan langsung manfaat inovasi ini. Dampak nyata yang dapat dirasakan adalah meningkatnya pendapatan karena bisa melayani rute lebih jauh. Kini mereka bisa mengayuh tanpa harus berkeringat deras. 

Usaha Syahrul pun berbuah manis. Inovasi ini mendapat apresiasi nasional. Pada tahun 2024, Syahrul meraih Apresiasi SATU Indonesia Awards dari ASTRA di bidang teknologi.  Penghargaan ini menjadi simbol bahwa becak listrik bukan sekadar proyek eksperimental atau solusi teknis melainkan jawaban sosial-ekonomi bagi para pengemudi becak.

Gerakan becak listrik merupakan bukti bahwa inovasi bukan tentang kecanggihan teknologi semata tetapi menjawab kebutuhan manusia dan menjaga budaya. Syahrul Awalludin Sidiq berhasil menghadirkan transformasi: dari becak sebagai warisan masa lalu, menjadi ikon masa depan yang ramah lingkungan dan inklusif. 

Dengan becak listrik, wisatawan mendapat kenyamanan, kota mendapat udara yang lebih bersih, sementara pengayuh becak mendapat peningkatan kesejahteraan. (dianpurnama)


#APA2025-KSB

Referensi:

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/10/04/syahrul-awalludin-sidiq-pencetus-becak-listrik-untuk-tukang-becak-jogja

https://www.bisnisjogja.id/bantu-ekonomi-pengemudi-becak-muhammadiyah-luncurkan-becak-listrik/

https://dishub.jogjaprov.go.id/bidang-angkutan-darat/kampanye-becak-listrik-langkah-nyata-pemda-diy-dan-pemkot-yogyakarta-menuju-malioboro-jadi-kawasan-rendah-emisi






Dian Purnama
Dian Purnama Hi, I am Dian

Posting Komentar untuk " Becak Listrik Jogja: Inovasi Syahrul Awalludin Sidiq yang Menjaga Budaya dan Lingkungan"