Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kotagede Heritage Funwalk, Selangkah Mengenal Kotagede

Kotagede Heritage Funwalk Agustus 2023

Rasanya tidak sabar menunggu tanggal 19 Agustus. Gimana tidak, perjuangan sengit mendapatkan kuota kegiatan Kotagede Heritage Funwalk terbilang sangat menguras energi dan diwarnai war kuota. Kenapa? Pertama harus rajin memantau Instagram @dinaskebudayaankotajogja. Tentu saja seabrek kegiatan bisa saja membuat informasi tersebut terlewatkan. 

Kedua, begitu link pendaftaran diumumkan harus gesit mendaftar agar kebagian kuota. Maklumlah kegiatan seperti ini biasanya diminati warga lokal dan luar kota. Wajar saja kalau hanya dalam hitungan menit kuota terpenuhi. 

Setelah melewati lika-liku war kuota saya dan empat orang teman berhasil mendaftar kegiatan Kotagede Heritage Funwalk yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta pada tanggal 19 Agustus 2023 yang lalu. 

Kotagede Sebagai Kawasan Cagar Budaya

Kawasan Kotagede saat ini menjadi kawasan penting yang sarat akan nilai sejarah. Didalamnya terdapat situs-situs cagar budaya yang harus dijaga kelestariannya. seperti Masjid Kotagede, Makam Raja Kotagede, Sendang Kotagede, Situs Watu gilang dan Watu Gatheng, Situs Bokong Semar, rumah berarsitektur Jawa dan Bangunan omah Kalang.  

Oleh karena itu kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya melalui SK Gubernur DIY No. 121/KPST/1989. Barangkali alasan itulah yang melatarbelakangi diadakannya kegiatan Kotegede Heritage Funwalk. Selain itu juga untuk mengenalkan Kotagede sebagai kawasan cagar budaya.

Kotagede Heritage Funwalk 2023. 

Jam 06.00 lebih sedikit saya melaju ke Lapangan Karang Kotagede yang menjadi lokasi acara sekaligus titik start heritage funwalk. Peserta sudah mulai berdatangan. Panitia langsung mengarahkan peserta ke tenda registrasi. Usai registrasi peserta mendapatkan kaos, booklet acara, stiker tanda peserta dan satu buah pisang. Lumayan bisa untuk mengisi perut yang masih kosong. 

Peserta Kotagede Heritage Funwalk 2023

Acara dibuka oleh Bapak Singgih Pj Walikota Yogyakarta kira-kira pukul 07.00. Peserta terbagi menjadi dua rute yaitu Mataram Kalang dan Mataram Tradisional. Baik Mataram Kalang atau Mataram Tradisional mengunjugi Kompleks Masjid Kotagede. Jika Mataram Kalang lanjut mengunjungi omah-omah kalang yang ada di kawasan Kotagede, Mataram Tradisional berkunjung ke rumah tradisional jawa yang ada di Kotagede. 

Tidak hanya funwalk, di akhir acara peserta juga diajak menikmati jajanan khas Yogyakarta dan Kotagede khusunya seperti yangko, gethuk, tiwul dan lain-lai. Selain kuliner ada juga kesenian tradisional Kotagede.

Rute Mataram Kalang Kotagede Heritage Funwalk, Ke mana Aja?

Peserta Kotagede Heritage Funwalk terbagi menjadi dua kelompok dengan rute yang berbeda yaitu Mataram Kalang dan Mataram Tradisional. Kebetulan saya masuk dalam kelompok Mataram Kalang. Begitu bendera start naik peserta kelompok pertama dengan rute Mataram Kalang langsung berjalan kaki menuju Masjid Kotagede. 

Dari Lapangan Karang kami lurus saja ke arah utara, sesampainya di pertigaan Toko Perak kami belok ke kiri. Dari situ kami ke a rah Pasar Kotagede, sebelum sampai ke Pasar kami belok ke gang kecil, jalan pintas menuju ke masjid yang nyaman untuk pejalan kaki. 

Dari Masjid Kotagede peserta menuju ke jalan Tegalgendu. Rute berikutnya menuju ke tiga rumah Kalang yang ada di kawasan Kotagede yang kebetulan berada di jalan Tegalgendu. Pemberhentian pertama di nDalem Nathan yang sekarang milik keluarga Bapak Nasir yang difungsikan sebagai homestay dan café. 

Selanjutnya menuju ke Resto Omah Duwur yang juga merupakan salah satu rumah Kalang. Pemberhentian terakhir adalah rumah kalang BH Noeriah sekarang menjadi Museum Introliving Kotagede.

Kompleks Makam Raja dan Masjid Kotagede Yogyakarta

Tepat pukul 07.00 bapak Singgih selaku Pj walikota Yogyakarta mengangkat bendera melepas peserta Kotagede Heritage Funwalk. Kelompok pertama rute Mataram Kalang. Kami berjalan kaki melewati perkampungan warga.  sesekali kami melintas di gang yang cukup sempit. Saat di jalan raya kami harus waspada dan berusaha tidak bergerombol. 

Gang-gang labirin Kotagede hari itu meng-oren. Sekitar dua puluh menit berjalan kaki peserta tiba di halaman Masjid Kotagede. Dua orang bapak perwakilan pengurus masjid menyambut kami dan bercerita sedikit tentang sejarah masjid. 

Peserta juga diberi kesempatan untuk masuk ke dalam masjid. Seumur-umur saya belum pernah masuk ke masijid Kotagede yang sangat bergaya tradisional Jawa ini. Serambi masjidnya mengingatkan saya pada bangunan pendopo. Di sisi kiri terdapat bedug besar. Bila ingin mengetahui lantai asli masjid ini, bisa mengintip dari kotak kaca di dekat bedug. 

Bagian dalam masjidnya sendiri sebenarnya tidak terlalu luas. Terdapat sekat yang memisahkan jamaah putri. Di sisi barat ada ruang kecil untuk Imam memimpin salat. Saya juga sempat melihat tembok asli masjid yang masih berupa batu bata. 

Setelah puas mengekplor bagian dalam masjid peserta menuju ke area belakang masjid yang merupakan sendang dan makam. Untuk masuk ke dalam makam, pengunjung harus menggunakan baju khusus seperti abdi dalem kraton. Untuk pria menggunakan surjan sedangkan untuk wanita menggunakan busana kemben. Baju khusus tersebut sudah disediakan. Sendang merupakan tempat pemandian raja dan keluarganya. Ada dua sendang yaintu sendang kakung untuk putra dan sendang putri. 

Berkunjung ke Tiga Rumah Kalang di Kotagede Yogyakarta

Dari Masjid Kotagede peserta diajak menuju ke rumah Kalang. Sedikit informasi, masyarakat Kalang Kotagede pada masa itu adalah kaum burjois di Yogyakarta. Kompleks rumah mereka bagaikan perumahan elit. Masyarakat Kalang sangat tertutup. Sumber kekayaan mereka berasal dari bisnis yang mereka jalankan salah satunya perhiasan emas, perak dan berlian. 

Berkunjung ke salah satu rumah Kalang di Kotagede

Banyak rumah masyarakat Kalang di kawasan Kotagede yang masih dirawat dengan baik diantaranya yang sekarang dikenal sebagai nDalem Nathan, restoran Omah Duwur dan Museum Introliving Kotagede. Rumah berarsitektur Kalang merupakan perpaduan gaya  Jawa, Cina dan Eropa. 

Tidak seperti di nDalem Nathan dan Omah Duwur, peserta bisa melihat seluruh bagian rumah Kalang secara utuh di Museum Introliving Kotagede. Museum ini dulunya merupakan rumah kalang milik pengusaha Kalang bernama Ibu Hj Hadi Noeriah  atau yang dikenal dikenal Ibu Noeriah dan dibangun tahun 1844.

Selesai menuntaskan rute Kotagede heritage Funwalk di Museum Introliving Kotagede, peserta kembali ke Lapangan Karang. Sambil beristirahat peserta menyaksikan sebuah pertunjukkan tradisional dari Kotagede. Lelah berjalan-jalan sudah disiapkan aneka menu sarapan seperti soto ayam, bubur ayam dan aneka jajan pasar. Badan sehat perut kenyang. 

Penutup

Kotagede heritage funwalk mengingatkan bahwa Jogja tidak hanya Malioboro. Sebagai kawasan cagar budaya Kotagede punya sisi menarik dari sejarah, bangunan, arsitektur, kuliner dan perkampungan. Banyaknya peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan heritage funwalk kali ini semoga bisa lebih mempopulerkan Kotagede sebagai salah satu tujuan wisata Jogja. 




klaverstory
klaverstory Hi, I am Dian

2 komentar untuk "Kotagede Heritage Funwalk, Selangkah Mengenal Kotagede"

  1. Wah seru juga kegiatannya. Bisa mengurangi stress dengan aktivitas funwalk

    BalasHapus