Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kegembiraan Menyaksikan Gelar Karya Sang Maestro Didik Nini Thowok

Gelar Karya Sang Maestro Didik Nini Thowok dipentaskan di Taman Budaya Yogyakarta
Saya sudah tidak mendapati kerumunan orang di pintu depan Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta. Jam menunjukkan pukul 15.50. Wah 10 menit lagi! Gelar Karya Sang Maestro Didik Nini Thowok segera dimulai. Saya bergegas menaiki tangga  menuju ke hall setelah selesai mengisi daftar hadir. 

Masih ada banyak kursi kosong tetapi saya harus mencari dua orang kawan saya yang pasti sudah ada di sini. Singkatnya setelah melalui berbagai rintangan, saya pun bisa bergabung dengan mereka menempati kursi ehmm baris nomer 4 atau 5 dari depan, di bagian sayap sebelah kiri panggung. 

28 Juni 2022, saya catat secara khusus. Akhirnya punya kesempatan menyaksikan lagi Sang Maestro Didik Nini Thowok mementaskan tariannya . Bersama dengan tiga ratus lebih penonton hampir satu setengah jam panggung TBY seolah menyihir kami. Tidak sedetik pun pandangan kami teralih, fokus ke panggung.  

Bahkan mati listrik yang sempat  terjadi ditengah pertunjukkan tetap membuat kami tidak bergeming dan menunggu. Ya sebegitu besarnya niat kami untuk menuntaskan pementasan ini, serindu itu kami berkegiatan seni di Taman Budaya setelah dua tahun penantian. Saya pun merasa bahagia bisa menuntaskan rindu itu.

Sang Maestro, Didik Nini Thowok

Lampu dipadamkan, perlahan lampu-lampu sorot di panggung mulai menyala. Mula-mula saya melihat sebuah pigura besar di panggung bagian atas, dengan wajah yang sudah tidak asing lagi. Panggung bagian atas dan bawah dipisahkan oleh tangga. Saya meihat ada berbagai kostum diletakkan di situ. Seorang penari berdiri di depan kostum-kostum tersebut, siap menari, menunggu musik. Saya merasa tidak asing dengan bleger penari itu. Dialah sang maestro Didik Nini Thowok.

tari topeng dwimuka jali didik nini thowok yang dipentaskan di taman budaya yogyakarta

Bersamaan dengan itu riuh tepuk tangan penontong menggema saat  musik mengalun  dan sang penari mulai menggerakkan tangannya.  Gerakan mas Didik Nini Thowok masih luwes dan enerjik. Hampir tidak tidak bedanya dengan gerakan tarian yang dia lakukan tiga puluhan tahun yang lalu saat saya sering menyaksikannya menari dari layar kaca. 

“Masih luwes ya mbak,” bisik saya pada kawan yang duduk di sebelah

“Iya,”jawabnya singkat. 

Rasanya mas Didik ini tidak menua sama sekali. Keheranan sekaligus kekaguman saya makin bertambah, gimana enggak dari tadi mas Didik ini menari membelakangi kami lho. Bisa dibayangkan gerakan tarinya mulai dari kepala, badan, tangan hingga kaki dilakukan secara “terbalik”. Sengaja bagian belakang diberi topeng dan kostumya pun juga menyesuaikan. 

Mereka yang belum pernah menyaksikan pertunjukkan beliau pasti tidak tahu, barulah saat musik berganti dan membalikan badannya, mereka sadar bahwa sedari tadi mas Didik menari membelakangi kami. 

Tari Dwimuka Jali, tarian pertama sekaligus menjadi pembuka dari 7 repertoar tari yang akan dipentaskan sore itu. Menampilkan gerakan tari Jawa dan Bali yang berbeda dan dipentaskan secara bergantian dengan cara membalikkan badan sesuai dengan iringan musik. Kira-kira sekitar kira-kira lima menit musik berganti , Mas Didik kembali membelakangi penonton dan berganti kostum. Setidaknya tiga terlihat berganti kostum dan menarikan bermacam-macam  tarian yang berbeda.

Karya Sang Maestro Dipentaskan di Taman Budaya

Setelah kira-kira 20 menitan menari Dwimuka Jali, repertoar dilanjutkan dengan Tari Jaimasan yang dibawakan oleh penari-penari dari sanggar mas Didik. Ada 5 orang penari menari dengan gerakan tari daerah Mbayumasan dengan luwes.

Selain kepiawaian sang penari, kostum juga berperan penting dalam sebuah pentas tari. Kostum Tari Merak Gandrung, tarian ketiga yang dipentaskan di Gelar Karya Sang Maestro sukses menarik perhatian saya. Warna hijau cerah sebagai warna dominan burung merak, terlihat kontras saat beradu dengan background panggung yang gelap. Sayangnya saya gagal memotretnya, susah menyetting kamera smartphone ini. 

Didik Nini Thowok kembali lagi ke panggung untuk menarikan Topeng Walang Kekek. saya pure menikmati tarian ini tanpa mengambil gambar atau video satu pun.  Termasuk saat tarian karya Didik Nini Thowok berikutnya yaitu Masatria, Nelayan dan Srikandi Nusantara. 

Tarian Masatria ditarikan oleh penari pria dan wanita, ada gerakan akrobatik di tengah tarian dan di akhir tarian yang mengingatkan saya pada gerakan cheerleader hehehe. Sementara itu tarian Srikandi Nusantara adalah karya terbaru mas Didik yang diciptakan pada bulan April, tahun 2022 untuk wanita Indonesia pada peringatan hari Kartini. 

para penari usai tampil di Gelar Karya Sang Maestro di Taman Budaya Yogyakarta

Tidak hanya sekedar  tari tapi juga disisipi dengan aksi teatrikal dan sedikit dialog. Mengisahkan tentang srikandi-srikandi yang berperang melawan kejahatan yang diwujudkan dalam bentuk buto/raksasa. Sungguh tarian yang epic untuk menutup Gelar Karya Sang Maestro

Gelar Pameran Didik Nini Thowok

Selain berkenalan dengan karya tarinya, acara yang digagas oleh Dinas Kebudayaan Yogyakarta ini juga memamerkan beberapa kostum, foto dan karya seni lukis Didik Nini Thowok di lobby Concert Hall. Ada kostum Dwimuka pertama kali yang masih terlihat utuh, begitu juga dengan topeng dan wig/sanggul yang serangkaian dengan set kostum tadi.

Foto Didik Nini Thowok berpose Tari Topeng Klana saat pentas di Belgia tahun 1985

Tidak ketinggalan foto mas DIdik berpose tari Topeng Klana pada tahun 1985, tari yang dipentaskan di Belgia, ke luar negeri untuk pertama kalinya. Foto kebersamaan Mas Didik bersama dengan alm Mimi Rasinah saat berulang tahun yang ke 80, yang ternyata adalah guru tarinya.

Ningyo, langsung menarik perhatian saya. Bibir mungil, mata sipit dan alis segaris berbaju kimono dan sanggul yang mengingatkan saya pada sosok Oshin (serial drama Jepang yang terkenal di tahun 1980an). Menggunakan pensil, ini adalah lukisan tangan mas Didik yang dibuat tahun 2002. Cantik sekali!

Penutup 

Kecintaan Didik Hadiprayitno atau yang lebih dikenal dengan Didik Nini Thowok memang luar biasa sehingga apresiasi pun datang dari berbagai pihak. Dalam pameran saya melihat beberapa penghargaan seni yang diberikan untuk beliau yang datang dari dalam maupun luar negeri. 

Tapi bagi saya pribadi, apa yang sudah diperjuangkan akan sia-sia jika tidak diwariskan ke generasi berikutnya. Lewat gelar karya maestro ini lah karya-karya mas Didik mendapat kesempatan untuk dikenal masyarakat.

Ada sedikit optimisme melihat ruang hall Taman Budaya Yogyakarta penuh dengan antusiasme keluarga dan anak-anak muda. Bahkan adek kecil yang kursinya berseberangan dengan kami pun ikut menari sepanjang pertunjukkan.  Kecintaan terhadap sebuah karya seni memang harus dikenalkan sejak dini. Terima kasih Sang Maestro teruslah berkarya.


klaverstory
klaverstory Hi, I am Dian

1 komentar untuk "Kegembiraan Menyaksikan Gelar Karya Sang Maestro Didik Nini Thowok"

  1. Aku belum kesampaian untuk nonton karya Sang Maestro Didik Nini Thowok mbak. Besok kalau ada lagi, aku mau diajak juga dong

    BalasHapus