Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mencicipi Kuliner India di Singapura

pertama kali mencicipi kuliner India di Singapura

Kuliner India di Singapura menjadi pengalaman penjelajahan rasa pertama kali bagi saya. Sekitar sepuluh tahun yang lalu sepertinya restoran dengan menu masakan India di Jogja belum begitu banyak, barangkali di beberapa hotel berbintang saja. Seingat saya belum pernah mencicipi masakan khas India yang otentik circa 2010, jadi saat saya ke Singapura di tahun 2012 saya sama sekali belum mengenal kuliner India. (Kalau ternyata saya salah, boleh banget setelah saya rampung bercerita tinggalkan catatan di kolom komentar ya).

Lain cerita dengan hari ini, beberapa restoran India sudah ada di Jogja. Tidak hanya resto tapi juga sudah merambah ke dunia per-street food-an. Yang modelan street food lebih sering dijumpai saat event tertentu misalnya festival atau di sunmor (pasar kaget yang dibuka tiap hari Minggu). 

Semuanya serba India, yang masak pun orang India yang fasih bahasa Indonesia. Lain waktu saya akan ceritakan tentang kulineran India di Jogja ya. Yuk lanjut yang di Singapura dulu ya. Masih bercerita tentang pengalaman Menjejakan Kaki Pertama Kali di Singapura menyambung tulisan sebelumnya, ini bagian ke duanya.

Suasana Sudut Kota Singapura Sore Hari

Pandangan saya terpaku pada sebuah ornamen yang dibentangkan di atas jalan raya. Ada sebuah cawan emas dengan api menyala berwarna merah, biru  dan kuning di bagian tengah, dua ekor burung merak berada  di sebelah kanan dan kirinya, masing-masing menghadap ke arah api, sehingga tampak kedua burung itu saling berhadapan satu sama lain. 

suasana jalan raya dengan ornamen Deepavali di Little India SImgapura

Dominasi warna ungu dan pink hiasan itu tampak cantik, berderet memenuhi sepanjang jalan, dengan jarak kira-kira masing-masing satu meteran. “Dee-pa-va-li.” Bibir saya komat kamit mengeja tulisan yang ada bagian bawah juntaian ekor merak.  Sore itu lalu lintas jalan raya kawasan Little India lumayan lenggang sehingga kami sedikit leluasa mengambil gambar.

ornamen Deepavali di kawasan Little India Singapura

Menjelang malam keramaian mulai merayap, mungkin akan ada perayaan atau habis perayaan. Keramaian ini jelas ada hubungan dengan ornamen-ornamen dan tulisan Deepavali. Beberapa toko dipadati dengan orang-orang India yang hendak berbelanja.

Kalau terbiasa menonton film India, pasti lah tidak asing dengan musik yang saya dengar saat ini. Lagu-lagu berirama dan berbahasa India diputar hampir di tiap toko, tentu saja dengan volume yang cukup keras. Saya dan dua orang kawan saling melempar senyum, hampir saja kami lupa diri dan berjoget. Acha acha acha hahhaaha

Kuliner India di Singapura

“Cari makan yuk.”  Saya mengangguk. Sedari tadi sih belum terasa lapar  tetapi beberapa kali melewati restoran saya membaui aneka  masakan. Langsung perut ini protes dengan mengeluarkan iramanya. Saya mengikuti langkah kaki kedua kawan saya dan berhenti di sebuah restoran.

restoran India di Singapura

Kebetulan letaknya berada di paling pinggir deretan ruko-ruko, jadi persis di pengkolan jalan. Kami memilih tempat duduk yang berada di luar sehingga leluasa melihat orang lalu lalang. Restoran ini penuh dengan orang, entah apa yang membuatnya ramai. Bisa jadi karena rasanya yang lezat, wah kebetulan dong kami bisa mencicipi masakan India yang enak. 

Saya melihat sekeliling, vibes-nya kayak film-film Bollywood, banyak orang India.  Dilansir dari kanal visitsingapore.com India merupakan kelompok etnis terbesar ke tiga di Singapura setelah Tionghoa yang merupakan etnis mayoritas dan Eurasia sebagai terbesar kedua, sementara itu masih ada etnis Melayu dan Peranakan. Saya belum bertemu dengan turis di sini. Etapi kalau melihat tampilan kami bisa jadi mereka menyangka kami adalah warga lokal karena dikira orang Melayu, kelompok etnis terbesar ke empat di negeri ini. 

Pilihan menu sore ini adalah kari ayam, chapati dan tentu saja nasi putih. Saya tidak tahu seperti apa kari ayam India, pokoke manut wae lah, katanya sih enak. Dua kawan saya ini bekerja di travel & resto yang kebanyakan menyajikan menu internasional, jadi menu seperti ini tentu saja tidak asing bagi lidah mereka. Sementara saya baru akan mencobanya sehingga (mungkin) terasa ini  asing di lidah. 

Tidak perlu menunggu lama, satu nampan berisi pesanan kami datang. Sepiring nasi, sepiring chapati dan dua piring kari ayam. Ada juga irisan timun dan bawang merah sebagai lalapan. Dalam satu porsi ada empat sampai lima potong ayam.

kari ayam salah satu menu favorit masakan khas India

Potongan ayam dan kuah menyerupai kari persis lewat di depan hidung saya. Aromanya yang merebak sontak membuat saya sedikit kaget, rempah yang sangat kuat. Saya hampir tidak mengenali aroma rempah apa saja.  Susah benar saya menjelaskan aroma ini, saya hanya menduga warna kuning keoranyean berasal dari kunyit.

“Makannya gimana? Dicocol seperti ini kah?” Saya teringat pernah makan roti cane di Bungong Jeumpa, restoran yang menyajikan masakan Aceh. Sepertinya kurang lebih seperti itu cara makannya ya. Sedari tadi saya  mengamati kedua kawan saya makan, sembari sesekali saya juga melemparkan pandangan ke arah meja lain. melihat bagaimana orang India menyantap makanan ini. Saya hanya berani mengamati sekilas saja, nggak enak ati dan nggak sopan juga, wong orang makan kok diliatin.

Chapati menyerupai pizza Italia yang tipis sehingga mudah dicuil-cuil, bagian luar adalah yang kena panggangan, sedikit keras dengan tekstur renyah sih. Sementara bagian dalamnya lembut. Sepertinya ini nanti akan menjadi alot jika saya menyantapnya saat dingin.  Kedua kawan saya  ini sudah lahap menyantap makanan di piringnya. 

kari ayam dan chapati, lezatnya kuliner India

Ehm sebenarnya bukan piring sih, karena hanya berupa plastik putih tipis sekali pakai. Membayangkan menggunakannya setiap hari tentu saja saya kepikiran dengan sampahnya. Kenapa tidak menggunakan piring kaca yang bisa dicuci ya hehehe.

Saya meniru apa yang saya lihat, sepotong chapati yang saya combine dengan potongan ayam berikut kuah kari, sudah siap meluncur ke mulut. Chapati ini sih teksturnya langsung saya kenali, mirip kulit kebab, hanya saya lebih tebal sedikit dan garing/kering. Ini karena proses pembuatan chapati hanya dipanggang tanpa minyak/mentega, biasanya ditempelkan di bagian dalam kuali tanah liat besar. 

Rasa chapati plain/tawar, jadi memang harus dicocol dengan sesuatu. Kari ayam ini sangat pas melengkapi rasanya. Lidah saya bisa menerima rasa kari India ini, meskipun saya tidak paham apa saja bumbu dan rempah-rempahnya, tapi sebagai orang Indonesia dengan keaneka ragaman kuliner, setidaknya saya mengenali beberapa rasa bumbu dan rempah yang digunakan. 

Meskipun tidak sama persis, rasa yang bisa menggambarkan kari India ini adalah sedikit  mirip dengan kuah kari khas Aceh yang pernah saya coba. Mungkin ada beberapa rempah yang ditambahkan sehingga kari ayam ini menjadi khas India. Aroma inilah yang saya baui di sepanjang jalan. 

Mengingatkan saya pada perkuahan yang ada di warung nasi Padang. Kalau di Indonesia kuah-kuah seperti ini sangat akrab dengan santan, sedangkan di masakan India mereka menggunakan yoghurt atau susu. Saya menyukainya dan tanpa terasa sudah menghabiskan sepiring chapati dan semangkuk ayam kari. Selain dimakan dengan chapati, kari ayam ini juga cocok dimakan bersama nasi. 

Hoam, saya menguap ketiga kalinya. Biasa banget setelah makan efeknya ngantuk, selain  karena kekenyangan juga menjadi penanda tubuh sudah mulai lelah. Kami segera beranjak dan berjalan kaki kembali ke hotel. Hari pertama di Singapura terlewati.

Penutup

Kemeriahan di jalanan Little India Singapura saat perayaan Deepavali

Hari itu saya mengakhiri hari pertama saya dengan tidur nyenyak, di ranjang susun bagian atas, dormitory room di Inncrowd Hotel. Beruntung rasa lelah setelah penerbangan dari Jogja ke Singapura kemudian dilanjutkan dengan berkeliling kawasan Little India, membuat lebih mudah tertidur dan mengabaikan kegaduhan di luar sana.  Selamat malam, petualangan bersambung di hari berikutnya.

Oiya saat saya menyelesaikan tulisan ini, Mark Wien (Travel/Food Vlogger) ternyata memposting video travelingnya ke Singapura tanggal 4 Juni 2022. Dan fun factnya restoran yang dia pilih adalah restoran yang saya ceritakan di atas, tepat juga sepuluh tahun yang lalu saya ada di sana untuk pertama kalinya mencicipi kuliner India di Singapura. Duh rasanya bener-bener campur aduk antara senang dan kangen. Kalau kalian penasaran dengan restoran itu bisa ke tonton videonya berikut ini. Happy Watching! 😊



klaverstory
klaverstory Hi, I am Dian

Posting Komentar untuk "Mencicipi Kuliner India di Singapura"